Biochar dan arang sangat mirip dalam penampilan, keduanya berwarna hitam, berpori, dan merupakan bahan karbon ringan, serta keduanya diproduksi dari bahan organik melalui pirolisis. Keduanya memiliki sifat terbakar atau adsorpsi tertentu dan banyak digunakan dalam pertanian, energi, metalurgi, dan bidang lainnya.

Namun, mereka pada dasarnya berbeda dalam hal sumber bahan baku, tujuan penggunaan, atribut lingkungan, dan metode pengolahan. Memahami perbedaan ini akan membantu Anda memilih bahan karbon yang tepat untuk kebutuhan Anda.

Pirolisis: ‘kehidupan masa lalu’ yang umum dari arang dan biochar

Proses produksi inti untuk arang dan biochar adalah pirolisis. Proses ini melibatkan pemanasan bahan organik pada suhu tinggi dalam lingkungan anaerobik atau anoksik untuk mengubah biomassa menjadi karbon padat (arang atau biochar), tar cair, dan gas.

Faktor kunci yang mempengaruhi proses pirolisis meliputi:

Suhu: suhu sedang (350°C-600°C) cocok untuk arang, dan suhu tinggi (di atas 600°C) umumnya digunakan untuk biochar.

Laju pemanasan: pirolisis cepat lebih menguntungkan untuk output gas, sementara pirolisis lambat lebih menguntungkan untuk hasil char padat.

Jenis bahan baku: perbedaan dalam bahan baku seperti kayu, jerami, sekam, kotoran, dll., akan mempengaruhi struktur dan komposisi char akhir.

Waktu tinggal: semakin lama waktu pirolisis, semakin tinggi derajat karbonisasi, tetapi konsumsi energi meningkat sesuai.

Apa itu arang?

Arang adalah bahan karbon berbasis bahan bakar yang dibuat terutama dari bahan mentah lignoselulosa seperti kayu, cangkang buah, serpihan bambu, dll., yang dikarbonisasi di bawah suhu tinggi dan kondisi kekurangan oksigen.

Tujuan produksinya terutama untuk mendapatkan arang yang memiliki nilai kalor tinggi, dan arang yang mudah terbakar dengan abu rendah, yang dapat digunakan langsung:

pembakaran arang

Industri metalurgi sebagai agen reduksi.

Bahan bakar harian untuk barbecue, pemanasan, dll.

Kerajinan arang, bahan mentah untuk arang aktif, dll.

Dari sudut pandang lingkungan, proses produksi arang tradisional akan mengeluarkan sejumlah jelaga dan zat volatil, yang dapat menyebabkan pencemaran pada lingkungan sekitar jika tidak ditangani dengan baik.

Namun, dengan adopsi peralatan pembakaran modern, emisi dapat dikendalikan dan tingkat pemanfaatan karbon lebih tinggi, yang secara bertahap telah berkembang menuju perlindungan lingkungan dan skala.

Apa itu biochar?

Poin awal inti dari biochar, di sisi lain, adalah perbaikan tanah dan fungsi penyerapan karbon. Ini biasanya dibuat dari limbah pertanian seperti sisa tanaman, kotoran ternak, sekam padi, dan tongkol jagung.

Ini tidak dipirolysi untuk tujuan pembakaran tetapi dikembalikan ke lapangan atau digunakan sebagai aditif tanah. Penggunaan utamanya meliputi:

Meningkatkan kapasitas retensi air dan pupuk tanah.

Mempromosikan aktivitas mikroba.

Memperbaiki logam berat dan mengurangi pencemaran tanah.

Bertindak sebagai penampung karbon dan menstabilkan penyerapan karbon seiring waktu, membantu memerangi perubahan iklim.

aplikasi biochar

Biochar lebih ramah lingkungan dibandingkan arang. Misi utamanya bukan untuk dibakar, tetapi untuk 'menyimpan karbon' dan 'melindungi tanah'.

Lini produksi arang Shuliy – solusi karbonisasi profesional

Apakah Anda ingin memproduksi arang atau biochar, Shuliy dapat menyediakan peralatan karbonisasi yang efisien dan stabil serta satu set lengkap peralatan pendukung:

Seluruh lini produksi mendukung personalisasi dan dapat dikonfigurasi secara fleksibel sesuai dengan kondisi output, pasokan daya, dan bahan baku. Ini ideal untuk pengolahan arang atau biochar.

Kesimpulan

Dalam berbagai skenario aplikasi, arang atau biochar harus dipilih sesuai dengan kebutuhan spesifik. Untuk pembakaran yang efisien, arang masih menjadi pilihan utama.

Dan dengan semakin pentingnya pembangunan berkelanjutan dan memerangi perubahan iklim. Biochar, yang memiliki dua keuntungan yaitu perbaikan tanah dan penyerapan karbon, semakin mendapatkan perhatian.

Ini telah menjadi alat penting dalam praktik perlindungan lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman dan perbedaan yang benar antara kedua bahan ini akan membantu kita membuat keputusan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam penggunaan yang sebenarnya.